top of page

Lingkungan ku, Nyawa ku



Tanggal 5 Juni 2017, diperingatan sebagai hari lingkungan hidup yang diresmikan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1974. “Connecting People to Nature” diangkat menjadi tema tahun ini. Dengan diangkatan tema ini, diharapkan bahwa manusia dapat kembali sadar akan pentingnya bergantung kepada alam. Bukan hanya bergantung namun dapat menghargai, menikmati, dan turut merawat keindahan alam yang telah Tuhan berikan. Dengan berhubungan langsung dengan alam, manusia akan tersadar bahwa semua manusia di dunia ini sangat bergantung pada alam bukan hanya dengan mengambil keuntungan semata.


Dalam perayaan hari lingkungan hidup kali ini penulis membawakan beberapa contoh bahwa masih ada orang - orang yang mencintai lingkungan lebih dari uang ataupun kekuasan. Mereka yang marah jika lingkungan hanya dihargai dengan segepok uang, ataupun ganti rugi yang ruah melimpah. Mereka sadar bahwa alam terlalu “rendah” jika dihargai sedemikian. Ya, orang itu adalah Salim Kancil dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dan Ibu Patmi warga Kendeng. Salim Kancil merupakan aktivis lingkungan yang menolak penambangan pasir liar yang dimotori oleh kepala desa Selok Awar-awar. Sayang perjuangannya terhenti saat ia ditemukan tewas terbunuh oleh sekelompok orang di Balai Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu, 26 September. Ia melawan dengan kesungguhan hingga nyawanya menjadi taruhan. Perlawanannya terhadap perusakan lingkungan harus dibayar dengan darahnya sendiri. Saat itu banyak LSM yang meminta keadilan untuk Salim Kancil, banyak poster bernadakan perjuangan turut dalam aksi demo itu. “Di Tanah Kami Nyawa Tak Semahal Tambang”.


Ibu Patmi adalah seorang petani yang menolak adanya pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng. Alm dan teman-teman melakukan aksi cor kaki menolak adanya aktifitas yang akan merusak pegunungan yang akan berakibat langsung pada lahan pertanian mereka. Kasus Kendeng ini merupakan kasus yang krusial dimana izin PT. Semen Indonesia sudah di tanda tangani Gubernur Jawa Tengah, kisruh ini bahkan sudah mendapatkan putusan tetap dari Mahkamah Agung sendiri. Pejuangan Pak Salim Kancil dan Ibu Patmiadalah cermin bahwa kita harus berterima kasih kepada alam yang memeberikan segalanya untuk kita, perjuangan mereka melawan “penguasa” tidak boleh terhenti. Suara mahasiswa adalah suara jeritan rakyat. Selamat Hari Lingkungan Internasional.


Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page