top of page

17 Agustus 2017: Melawan Penjajahan Era Modern


17 Agustus 1945 menjadi sebuah momen titik balik perjuangan bangsa Indonesia terhadap penjajahan selama tiga setengah abad. Dalam waktu yang begitu lama, tak terhitung nyawa dan darah yang tertumpah demi mencapai kemerdekaan sebuah bangsa yang begitu besar. Kemerdekaan Indonesia yang menjadi cita para pahlawan sejak dahulu kala terwujud sebagai eksistensi yang nyata dalam proklamasi kemerdekaan tepat 72 tahun yang lalu hari ini. Teks proklamasi yang dibacakan oleh Presiden pertama kita Soekarno menjadi bukti konkret bahwa bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang dengan jerih payah berjuang demi memperoleh kemerdekaan yang menjadi haknya.


72 tahun berlalu sejak proklamasi pertama kali dibacakan, Indonesia sepertinya dengan perlahan namun pasti berjalan menuju masa depan yang lebih cerah sejak hari - hari kelam penjajahan telah berlalu. Namun apakah benar bahwa 72 tahun sejak hari proklamasi kemerdekaan pertama kali dibacakan Indonesia benar - benar telah meraih kemerdekaannya? Kemerdekaan menurut KBBI adalah bebas dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya. Memang benar Indonesia telah terbebas dari penjajahan secara fisik sejak 72 tahun yang lalu namun apakah dengan demikian kita telah benar - benar tidak sedang menghadapi suatu hambatan penjajahan dalam bentuk manifestasi yang lain?


Penjajahan di abad 21 ini tidak lagi datang dalam bentuk penjajahan kolonial klasik era pra perang dunia pertama. Dimana segelintir orang dari negara di benua biru datang ke tanah yang masih primordial dalam teknologi dan kebudayaannya. Kemudian mendeklarasikan diri sebagai penjajah yang menguras sumber daya alam tanah tersebut dengan tujuan perdagangan dan menghalalkan segara cara dalam prosesnya. Bahkan cenderung dilakukan dengan kerja paksa, penyiksaan, kematian, eksekusi dan bahkan berakhir dengan genosida. Penjajahan di abad 21 ini tidak lagi datang dengan cara yang sedemikian rupa. Di era yang serba modern ini penjajahan datang melalui berbagai cara yang terselubung. Pada dasarnya variabel yang diterapkan dalam menjalankan metode penjajahan modern ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan dengan penjajah abad 17. Hanya saja, kali ini mereka datang tidak sebagai lawan secara terang - terangan. namun sebagai lawan yang terselubung sebagai kawan.


Penjajah - penjajah asing modern ini datang ke Indonesia sebagai penjajah terselubung dalam bentuk perusahaan asing. Memang tak bisa dipungkiri bahwa negara berkembang seperti Indonesia membutuhkan bantuan tenaga asing dalam meningkatkan perekonomiannya. Namun kenyataannya dalam hubungan yang 'mutual' dan 'saling menguntungkan' ini cenderung memberi keuntungan kepada pihak asing saja daripada Indonesia. Dalam sejarah panjang Indonesia membangun jalannya menuju kesuksesan, contoh paling nyata yang dapat kita saksikan dari tindakan represif penjajahan modern ini adalah kasus PT. Freeport yang menguras habis sumber daya alam Indonesia demi mencari keuntungan semata. Memang jika dilihat dari kacamata keuntungan yang diberikan terhadap Indonesia, pada 2016 lalu pertumbuhan ekonomi papua sebesar 9,21 persen dan sebagian besar karena faktor pertambangan yang tumbuh 13,15 persen. Hal ini sebenarnya menunjukkan dependensi papua pada sektor pertambangan masih sangat besar. Hal yang mengkhawatirkan adalah jika sudah tak ada lagi hasil bumi untuk digali, maka para penjajah asing yang datang sebagai kawan kali ini akan segera mengangkat kaki dengan sendirinya dan meninggalkan Indonesia dengan segala keterpurukannya.


Dalam era yang serba digital ini penjajahan juga datang dalam bentuk media sosial. Media sosial dengan segala pengaruhnya yang kian merajalela dalam negeri ini merusak generasi muda dalam pola berpikir dan perilaku. Membuat mereka menjadi sangat destruktif terhadap budaya sendiri. Generasi yang terpengaruh dari perkembangan tren berpakaian, berbicara, berperilaku hingga cara bersosialisasi seakan menunjukkan media sosial sebagai penjajah yang sedang merampas budaya Indonesia dari diri sendiri dan menggantikannya dengan budaya yang kebarat - baratan. Pengaruh budaya globalisasi yang perlahan mendorong keluar budaya luhur Indonesia menjadi bukti konkret kejamnya penjajahan abad 21 ini.


Dengan berbagai cara penjajahan modern dilakukan. Mulai dari pengaruh media sosial, globalisasi, permainan politik hingga korupsi yang kerap kali memperngaruhi jalan perkembangan Indonesia. Yang menjadi sebuah tragedi bagi bangsa ini adalah datangnya penjajahan tak hanya dari luar, namun juga dari dalam negeri sendiri. Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan secara repititif oleh golongan elit menjadikan rakyat kecil kembali terjajah oleh penguasa sendiri. Saudara sebangsa yang saling menyerang karena agama, saling mencaci dan memaki. Terprovokasi isu yang belum dapat diverifikasi kebenarannya saling menyerang satu sama lain, saling menindas, saling menghakimi. Benarlah yang kemudian dikatakan oleh founding father kita Ir. Soekarno "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penajajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."


Namun seperti penjajahan yang sudah - sudah, akan tiba saatnya sebuah bangsa akan melawan dan menyatakan kemerdekaannya. Akan bersatu dalam melawan penindasan. Oleh karena itu pada hari peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke 72 kali ini, sepatutnya kita kembali mengingat semangat perjuangan para pahlawan yang telah berguguran demi merealisasikan Indonesia yang merdeka. Saatnya kita sebagai generasi muda kembali menyalakan semangat kemerdekaan, bersatu, dan menanamkan dalam diri kita agar dapat melawan penjajahan pada abad ke 21 ini. Selamat Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 72, Merdeka!


Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page