MAHASISWA MOTOR PENGGERAK BANGSA
Karawaci – MAHADILOG atau Rumah Mahasiswa Berdialektika dan Berlogika baru saja mengadakan volume perdananya pada Rabu, 25 Oktober 2017 dengan tema “Mahasiswa dan Gerakan, Ketika Mahasiswa Menjadi Motor Gerakan” di Gedung D502, Universitas Pelita Harapan. Acara yang berada di bawah naungan Himpunan Mahasiswa Fakultas Hukum UPH ini dimulai dengan narasumber pertama, Bapak Adian Yunus Yusak Napitupulu, anggota DPR-RI yang juga merupakan mantan aktifis ’98. Adian mengawali acara dengan ungkapan yang menggugah pikiran para peserta yaitu berdasarkan apakah mahasiswa kaum milenial mengatakan bahwa pemerintah represif. “Yang tahun ‘98 jangan-jangan belum lahir, lalu pembanding represifitas itu dari mana?” kata Adian.
Narasumber kedua adalah Kevin Tan yang merupakan pendiri dari organisasi Indonesia Berbicara, suatu wadah forum diskusi bagi generasi muda Indonesia untuk mempelajari kondisi sosial politik yang terjadi di Indonesia. Kevin melihat bahwa sifat apatis mahasiswa saat ini masih tinggi. Ia mengatakan bahwa sebenarnya pergerakan mahasiswa dapat dilakukan secara fleksibel yaitu dengan memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal. Di era serba digital ini terdapat banyak cara agar mahasiswa dapat berkontribusi dan membawa pergerakan yang positif bagi Negara Indonesia, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi Indonesia.
Sesi diskusi di akhiri dengan narasumber ketiga yaitu Richard Nelwan yang dulunya sempat menjabat sebagai Ketua HMFH-UPH 2013/2014. Richard menyatakan bahwa pergerakan mahasiswa tidak harus hanya melalui kepalan tangan dan suara lantang, namun dapat juga dilaksanakan melalui penerapan ilmu yang telah dipelajari mahasiswa di kampus dan bagaimana mahasiswa dapat mempertanggungjawabkan ilmu tersebut ke masyarakat.
Acara ini membuat mahasiswa berpikir apa arti sebenarnya dari menjadi mahasiswa dan bagaimana kita dapat menjadi motor pergerakan secara relevan bagi Negara Indonesia. “Kita perjuangkan sembilan belas tahun lalu agar semua orang dapat hidup setara. Duduk sejajar, tidak ada yang menjadi tuan dan hamba di antara yang lain karena apapun,” ujar Napitupulu. “Dalam berbicara mengenai Indonesia kita semua punya hak yang sama.”