top of page

Nasionalismeku adalah Soal Keikhlasan


sumber: google.com

Matahari tak pernah meminta balas budi atas sinarnya yang banyak membawa manfaat bagi alam semesta, bulan tak kenal pamrih atas cahayanya ditengah gelapnya malam. Manusia yang kenal dengan Tuhannya tak pernah mencari pahala atas perbuatannya dan bangsa yang besar, adalah bangsa yang tak kenal lelah menjaga eksistensi, kehormatan dan kedaulatannya. Mereka yang gugur tak pernah meminta dan menuntut jiwanya untuk kembali, mereka yang sudah terkapar menjadi tulang belulang tak pernah memaksa untuk hidup kembali. Bagi mereka, hidup bukan hanya persoalan memenuhi syahwat dan birahi. Tetapi juga memenuhi tanggungjawabnya untuk menjadi manusia yang suci.


Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, kesucian itu didapat ketika kita mampu untuk memenuhi tanggungjawab kita sebagai masyarakat dalam bentuk kontribusi terhadap negara. Kondisi negara yg carut marut akibat tantangan dalam dan luar negeri haruslah menjadi pendorong terbentuknya kesadaran akan semangat perjuangan untuk menyelesaikan masalah demi masalah yang ada. Kecintaan terhadap negara adalah bukti kecintaan terhadap sesama umat manusia dan cinta terhadap sesama manusia adalah satu langkah awal untuk masuk kedalam dimensi pengabdian kepada Tuhan yg maha esa. Namun apalah artinya pengabdian jika dilandaskan pada tujuan dan kepentingan tertentu.


Dalam filsafat deontologi, good will atau kehendak baik menjadi satu pandangan yang merefleksikan keikhlasan tanpa berfikir kompensasi dari setiap perbuatan positif yg dilakukan. Bagi penganut paham deontologi, sesuatu yang wajib adalah hal yg baik. Dan kewajiban untuk melindungi segenap tumpah darah indonesia merupakan hal yang mutlak melekat dalam setiap individu yang hidup dan mencari penghidupan di negara kesatuan republik indonesia. Artinya bahwa setiap insan yang bernaung di bumi nusantara ini secara implisit dituntut untuk memberikan sumbangsih baik jiwa maupun raganya dalam rangka pembangunan tanah air dan bangsa sebagai bentuk manifestasi dari nasionalisme seorang warga negara indonesia yang seutuhnya tanpa kenal pamrih. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa perasaan iklhas itu datang dari rasa syukur kita kepada ibu pertiwi yang sudah melahirkan seorang anak manusia di negara yang indah dan kaya yang kemudian dari segala kemegahannya lah kita tumbuh dan berkembang menjadi seorang manusia.

Oleh sebab itu, sudah menjadi hal yang mutlak dan absolut jika kita sebagai anak kandung ibu pertiwi yang lahir dari rahimnya penderitaan dan kesengsaraan rakyat berjuang mati-matian tanpa pamrih untuk mengembalikan cita-cita dan harapan para founding fathers pada rel dan poros yang sudah ditentukan.


Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page