top of page

BERSAMA DENSUS 88, HMFH ADAKAN SEMINAR TENTANG TERORISME


KARAWACI – Baru-baru ini Himpunan Mahasiswa Fakultas Hukum (HMFH) telah mengundang Densus 88 untuk bekerjasama mengadakan seminar mengenai terorisme. Seminar yang diadakan pada Selasa, 13 Maret 2018 di Gedung D ruangan 503 ini secara spesifik mengangkat tema ‘Strategi Penanganan Terorisme di Indonesia’. Seminar dimulai dengan diceritakannya sejarah perkembangan terorisme di Indonesia.


Rosdiana R.L, SH., MH selaku pembicara pada seminar hari itu menyatakan bahwa tindak penanganan terorisme adalah sesuatu yang tidak seperti penanganan tindak pidana biasa karena tindakan tersebut termasuk ke dalam kategori tindak pidana luar biasa (extraordinary crime). “Terorisme tidak selalu agama, tapi itu adalah paham radikal (red: yang) sedang terjadi di negara kita.”


Dijelaskan pula bahwa terorisme ini merupakan suatu kejahatan terorganisir yang mempunyai sifat lintas batas negara (trans national crime). “Masalah terorisme itu merupakan ancaman global, bukan cuma kita saja yang ketakutan terhadap bahaya terorisme.” Menurut data Densus 88, terorisme terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 total pelaku yang tertangkap adalah sebanyak 78, namun pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 171. “Kekurangan kita (red: adalah) deradikalisasi diambil dari yang jadi tersangka, yang sudah terlibat kasus terorisme (red: baru) di deradikalisasi. Padahal bibit-bibitnya ini yang seharusnya kita kejar, salah satunya dari kampus.”


Rosdiana menambahkan bahwa peran masyarakat sangatlah penting. Masyarakat harus mengetahui apa itu sebenarnya terorisme dan bagaimana penyebarannya, karena dengan cara itulah baru dapat dilakukan penanganan secara efektif. Dalam hal penanganan itu sendiri terdapat dua jenis yaitu secara hard approach melalui tindakan hukum dan soft approach melalui tindakan pencegahan. “Kami sangat ingin bertemu dengan mahasiswa, bagaimana mahasiswa ini bisa terekrut oleh jaringan teroris. Banyak sudah kasusnya yang kami tangani, yang menjadi korban adalah mahasiswa,” katanya. “Pemahaman atau pengenalan bahaya terorisme itu bisa disampaikan sejak dari dini.”


Menjelang berakhirnya sesi pembicara, ditayangkan video yang tidak di publikasikan secara umum oleh Densus 88. Video tersebut menunjukkan suasana pelatihan jaringan di Aceh, dan bagaimana para teroris di tempa. Ketika ditanya mengenai alasan diadakan kerjasama dengan Densus 88 membawakan topik ini, ketua acara Paulus Andre mengatakan, “Tujuan dari diselenggarakan seminar ini adalah untuk membekali mahasiswa UPH dalam memerangi paham radikalisme dan terorisme. Penting bagi mahasiswa, apalagi kita sebagai motor penggerak bangsa kedepannya buat mengadakan seminar ini dan turut berpartisipasi aktif.”


Meskipun seminar berjalan dengan lancar dan informatif, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ruangan seminar nampak cukup lengang. Mengenai hal ini Andre mengatakan, “Mungkin karena faktor seminar ini ditunda dari jadwal yang seharusnya, yaitu di bulan Januari, sehingga menyebabkan minat mahasiswa dan antusiasme mahasiswa dalam seminar ini jadi berkurang. Sangat disayangkan antusiasme dari mahasiswa kurang berjalan sesuai dengan ekspektasi,” ungkap Andre. “Kalau melihat dari sisi kinerja untuk overall berjalannya seminar sudah berjalan cukup bagus.”


Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page