top of page

Peristiwa Pembumihangusan kota Bandung


sumber: dronesbackpack.com

Siapa yang tidak pernah mendengar tentang istilah Bandung Lautan Api? Tentunya hampir semua warga negara Indonesia pernah mendengarnya. Namun ternyata belum banyak yang tahu asal-usul dari istilah “Bandung Lautan Api” tersebut.


Bandung Lautan Api dicetuskan oleh seorang Komandan Polisi Tentara yang bernama Rukana. Sosok Rukana ini merupakan salah satu orang yang menyusun strategi untuk pembakaran di kota Bandung bagian Selatan. Peristiwa tersebut merupakan kisah perjuangan warga Bandung yang mencoba bertahan agar kota mereka tidak direbut oleh kesepakatan Sekutu, Inggris dan tentara NICA (Netherlands Indie Civil Administration) yang ingin menjadikan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.


Peristiwa yang terjadi pasca kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 23 Maret 1946 disebabkan karena tentara Sekutu telah mengeluarkan ultimatum yang kedua, yang menuntut TRI untuk mengosongkan seluruh kota Bandung dan mundur sejauh 11 km dari pusat kota paling lambat hingga tengah malam. Keadaan kota Bandung semakin terdesak dan akhirnya para pejuang kota Bandung melakukan operasi “bumi hangus”. Seluruh warga Bandung yang mencapai 200.000 orang bersama dengan pejuang lainnya berbondong-bondong menuju ke pegunungan di bagian Selatan. Mereka mengawali pembakaran dari bagian Utara dan melanjutkan ke gedung-gedung penting lainnya, menjadikan Bandung sebuah lautan api. Peristiwa heroik ini sangat menggemparkan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Seorang wartawan yang bernama Atje Bastaman menyaksikan keadaan Bandung yang pada saat itu seperti lautan api dari bukit Gunung Leutik di daerah Pameungpeuk, Garut. Setibanya di Tasikmalaya, Atje Bastaman langsung menulis berita yang berjudulkan “Bandoeng Laoetan Api” dan itulah saat pertama kali istilah Bandung Lautan Api muncul di kabar harian Suara Merdeka pada tanggal 26 Maret 1946.


Selain peristiwa tersebut, ternyata operasi “bumi hangus” ini juga kerap terjadi dalam dunia perpolitikan Indonesia. Salah satu contohnya adalah saat Jokowi berniat untuk membatalkan pelantikan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri karena BG berstatus sebagai tersangka KPK. BG mengancam akan mengungkap semua kecurangan yang dilakukan oleh Timses Jokowi pada Pilpres tahun 2014 lalu. Namun ternyata langkah BG untuk mengungkap hal tersebut merupakan skenario Megawati dalam rangka menyiapkan “politik bumi hangus”. Jika hal ini terjadi, maka Megawati akan menghancurkan Jokowi sekaligus partainya sendiri dengan membuka semua aib yang dimiliki partainya. Begitulah politik bumi hangus beroperasi, dengan melakukan penghancuran segala sesuatu sehingga tidak ada satu pun yang dapat dimanfaatkan oleh musuh.


Dari sini kita melihat, bahwa kita dapat selalu mengambil pelajaran dari sejarah dan oleh karena itu kita tidak boleh melupakan sejarah bangsa kita. Di zaman globalisasi ini, mungkin mudah bagi kita untuk melupakan perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya dahulu sebelum kemerdekaan dan bahkan pasca kemerdekaan. Namun sebenarnya terdapat banyak pelajaran-pelajaran yang dapat kita ambil dan implementasikan kedalam kehidupan kita saat ini. Mengutip dari kata-kata Bung Karno “janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang lampau sangat berguna sebagai kaca benggala daripada masa yang akan datang”.



Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page