Hari Nelayan Nasional: Kontroversi Kapal Asing Yang Terkikis
sumber gambar: google.com
"Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya."
-Bung Karno
6 April 2018, kembali lagi Indonesia memperingati Hari Nelayan Nasional yang ke-58. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh geografis Indonesia yang memiliki wilayah laut yang luas. Dampak dari luasnya laut di Indonesia yang membawa keuntungan bagi bangsa Indonesia-khususnya nelayan, ialah berlimpahnya hasil kekayaan laut.
Namun, terkadang realitas tidak sesuai dengan ekspektasi. Masih banyak kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah perairan Indonesia dan mencuri kekayaan laut yang terkandung di dalamnya. Belum ada data yang terbilang cukup valid mengenai total kerugian negara akibat illegal fishing. Konon, kerugian yang dialami Indonesia mencapai triliunan rupiah!
Meskipun demikian, Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti tidaklah berdiam diri. Ia mengambil langkah untuk menenggelamkan kapal-kapal asing yang mencuri ikan di wilayah perairan Indonesia. Menurut pengakuannya, tindakan yang diambil memiliki dasar hukum yang jelas yaitu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dalam pasal 69 ayat 4 dijelaskan bahwa kapal pengawas perikanan dalam menjalankan fungsinya dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Selain itu, alasan lain yang ia sampaikan ialah untuk membuat efek jera terhadap kapal-kapal asing pencuri ikan.
Harapan yang digantungkan kepada pemerintah dalam menangani kasus-kasus yang terjadi di perairan Indonesia semoga dapat membawa dampak yang baik bagi kesejahteraan para nelayan bangsa Indonesia. Dengan demikian, para nelayan Indonesia sendiri dapat memanfaatkan kekayaan alam yang menjadi anugerah terindah bangsa Indonesia.
