top of page

Ketua BEM UPH 2018: Yosua atau Joshua?


Karawaci – Perlombaan demokrasi terbesar di Universitas Pelita Harapan (UPH) kembali digelar tahun ini, memberikan kesempatan bagi mahasiswa/i UPH untuk memilih siapa dari kedua calon ketua baru Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPH yang akan melayani mereka. Dalam menyambut pemilihan yang mendatang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) UPH mengadakan kegiatan debat dan orasi calon pada tanggal 11 dan 12 April 2018 di Kampus Fakultas Kedokteran dan Gedung C di Kampus Utama UPH. Selain menyambut para tim sukses (timses) dari kedua calon dan mahasiswa/i UPH, dua dosen Faculty of Liberal Arts UPH, Rudy S. dan Stenly D., juga diundang menjadi panelis untuk hari kedua acara bersama Gracia Nicole, juara tiga Ambassador UPH 2017,


Calon nomor satu adalah Yosua Yeremia, sedangkan lawannya, calon nomor dua, bernama Joshua Gilbert Langoy. Meskipun ada kemiripan dari kedua nama depan mereka, latar belakang kedua calon ketua cukup berbeda. Yosua merupakan mahasiswa dari pendidikan kimia Teacher’s College (TC) 2016 yang sedang menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) dalam jurusannya. Joshua adalah mahasiswa angkatan 2016 dari fakultas hukum yang sekarang menjabat posisi sebagai anggota Hubungan Eksternal BEM UPH.


Orasi pertama diberikan dari Yosua, lalu dilanjutkan oleh orasi dari Joshua. Hal pertama yang menjadi perbedaan orasi kedua calon adalah dari awal, Yosua sudah menekankan isu “relevansi”. Sebagai ketua HMPS TC Kimia 2016, Yosua juga ingin mengembangkan riset akademis dengan fokus melatih critical thinking dan membuat jurnal akademis meskipun, seperti yang sudah disinggung oleh Joshua pada hari pertama debat dan orasi, ranah BEM berada di kegiatan non-akademik.


Lain dari lawannya, Joshua menjadikan pengembangan mahasiswa sebagai isu utamanya. Hal ini Joshua kaitkan dengan visi, misi, serta program-program yang ia tawarkan. Sebagai anggota yang sudah memiliki pengertian mendalam tentang BEM UPH, program yang dipaparkan Joshua dibagi secara spesifik berdasarkan departemen-departemen yang berada di dalam BEM UPH dan fungsi mereka. Kedua calon ketua BEM mengkorelasikan visi mereka masing-masing kepada visi dari UPH.


Setelah sesi orasi selesai, moderator menggiring acara kepada segmen pertama dari kegiatan debat, dimana para calon secara bergantian menjawab dua pertanyaan sama yang telah disiapkan oleh panelis. Kedua pertanyaan yang diajukan oleh panelis merujuk ke cara meningkatkan keaktifan mahasiswa/i UPH dalam berorganisasi.


Yosua mengindikasikan sudah ada banyak program yang dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa/i, namun menurutnya yang menjadi kendala adalah kurangnya sosialisasi program-program tersebut kepada mahasiswa. Joshua mengungkit pentingnya mengkomunikasikan informasi kepada mahasiswa/i sehingga mereka bisa lebih terlibat dan mengerti apa yang hendak mereka lakukan ketika bergabung dengan sebuah kegiatan berorganisasi, serta mengaitkan jawaban-jawabannya berdasarkan pengalamannya sebagai anggota BEM UPH dalam meninjau solusi apa yang sudah ada dan apa yang bisa dikembangkan sekarang. Lain dengan segmen pertama debat, pertanyaan-pertanyaan dilontarkan secara langsung oleh panelis di dalam segmen berikutnya, dan ditujukan hanya kepada satu calon sementara calon satunya berhak memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan lawannya.


Di sesi terakhir acara ini, empat dari puluhan pertanyaan dari hadirin untuk kedua calon yang telah ditampung dalam sebuah wadah dipilih secara acak oleh moderator. Namun, karena jumlah timses yang hadir dari calon nomor satu tidak memenuhi persyaratan, maka Yosua dikenakan sanksi pengurangan waktu menjawab 30 detik dari waktu normal.


Pertanyaan pertama, ketiga dan keempat mengarah kepada pertanyaan-pertanyaan non-personal yang berkaitan dengan cara mengatasi dan mencegah permasalahan. Salah satu hal yang membedakan kedua calon secara signifikan adalah jawaban mereka untuk pertanyaan kedua: ‘Apa yang membuat Anda yakin bahwa menjadi ketua BEM adalah pelayanan yang Tuhan percayakan kepada Anda, dan mengapa harus Anda?’ Dengan semangat, Joshua mengungkapkan bahwa ia mencalonkan diri sebagai ketua tidak hanya karena pengalaman nya di BEM selama dua tahun, melainkan karena cinta yang ia miliki untuk badan organisasi tersebut. Joshua, yang telah aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan BEM sejak tahun pertama, berharap untuk dapat membagikan apa yang telah dipelajari kepada anggotanya agar mereka juga dapat menjadi “lebih baik daripada saya,” papar Joshua.


Hampir secara kontras, Yosua menjawab dengan blak-blakan, “Akhirnya pertanyaan paling susah yang tidak bisa jawab… Karena secara jujur tiga hari sebelum penutupan pemilihan saya baru mengambil formulir (pendaftaran) nya… Dan kenapa saya seperti itu saya tidak bisa jelasin,” jelasnya. Yosua membawa soal isu relevansi yang ingin ia tanggapi. “Saya mengetahui sudut pandang orang di luar BEM, dan saya pernah berada di BEM universitas lain, tetapi saya memiliki PR untuk mencari tahu bagaimana BEM UPH itu bekerja,” aku Yosua.


Ketika diwawancarai seusai acara tentang seberapa optimisnya masing-masing pihak akan memenangkan pemilihan, Yosua menyatakan bahwa materi yang ia ingin sampaikan, apalagi tentang relevansi, sudah “jelas”, dan ia pede dengan misi yang dipaparkan. Ketika hal yang sama ditanyakan kepada Joshua, Joshua kembali menyatakan cintanya terhadap BEM dan pengalamannya yang ingin ia kembangkan bersama dengan perkembangan dari BEM yang ia harap bawakan. Terlepas dari perbedaan-perbedaan mereka dan persaingan antar keduanya, Yosua dan Joshua tetap membina hubungan yang cukup akrab dan mereka, seperti yang diungkapkan salah satu hadirin “(Mereka) berdebat secara sehat tanpa menjatuhkan satu sama lain.”


Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page