top of page

Pancasila dalam Menghadapi Politik Identitas



Karawaci Youth Leaders Forum (YLF) 2018 yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Pelitah Harapan (BEM-UPH) resmi dimulai pada Sabtu, 7 April 2018. Acara yang diadakan tiap tahun ini merupakan sebuah forum diskusi nasional bagi seluruh mahasiswa se-Jabodetabek yang difasilitasi oleh BEM-UPH. Tahun 2018 YLF kembali mengadakan forum ini dengan mengangkat tema politik identitas.


Acara yang bertempat di Universitas Pelita Harapan ini dibuka dengan paduan suara oleh tim UPH Choir. UPH Choir memulai penampilan dengan melantunkan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan Hymne UPH. Acara kemudian dibuka secara resmi melalui kata sambutan dan pemukulan gong 5 kali oleh Rektor UPH J. L. Parapak dengan didampingi oleh ketua acara, Joshua Langoy. Parapak melalui kata sambutannya mempertanyakan politik identitas yang tengah menjadi isu nasional yang sedang hangat.


“Jika berbicara mengenai politik identitas yang memikirkan diri sendiri, apakah itu Pancasilais?” katanya.


Menurutnya demokrasi Pancasila ala Indonesia akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang berjaya dan dihormati. “Demokrasi Pancasila ala Indonesia akan membawa Indonesia menjadi jaya, salah satu negara yang dihormati sebagai salah satu negara besar 30 hingga 40 tahun mendatang.” lanjutnya. Tak lupa Parapak juga turut memberi apresiasi kepada YLF 2018 “Karena itu saya menghargai diangkatnya forum ini, agar pemimpin masa depan memahami apa politik identitas itu.”


Acara juga turut dimeriahkan dengan penampilan oleh Nusantara Dance Company serta penampilan musik oleh Art Band. Pembahasan mengenai isu politik identitas dimoderatori oleh Yosef Djakababa beserta 2 orang pembicara, Aleksius Jemadu dan Manlian Simanjuntak.


Menurut Aleksius, Indonesia harus mampu melihat konteks demokrasi dan globalisasi dalam hubungannya dengan merawat Kebhinekaan. Jemadu menambahkan Indonesia sudah memiliki blue print politiknya namun mulai muncul beberapa tantangan yaitu politik identitas. Aleksius menerangkan bahwa politik identitas di Indonesia seringkali digunakan untuk memenangkan suara, oleh karena itu seharusnya memilih pemimpin bukan berdasarkan kesamaan identitas namun berdasarkan integritas dan kompetensi orang tersebut.


“Agar mencegah ini semua (politik identitas) diperlukan pendidikan politik yang baik, dibutuhkan pemimpin yang baik, berintegritas dan kompeten. Sehingga harus mendidik para jumlah pemilih yang banyak dalam pendidikan politik agar tidak mudah ditipu oleh politisi dengan keinginan tidak baik untuk merusak bangsa ini,” terangnya.


Senada dengan hal tersebut Manlian Simanjuntak berpendapat bahwa kunci dari Pancasila adalah Kebhinekaan. Menurutnya Indonesia adalah sebuah negara unik yang dilatar belakangi dengan keberagaman, kepulauan, kebersamaan, dan kesatuan. Manlian menanmbahkan bahwa keberagaman dan keberbedaan tersebut justru harus dibarengi dengan kolaborasi. “Keberbedaan adalah keunikan, tetapi ketika kita bicara keunikan ada kolaborasi,” tuturnya. Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab oleh peserta dan pembicara.


Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page