top of page

Serangan Teroris: Langkah-Langkah Penyelamatan Diri


sumber: google.com

Belakangan ini Indonesia mengalami serangan teroris secara bertubi-tubi. Rentetan aksi teror yang terjadi nampaknya tersulut pertama kali pada serangan Mako Brimob, berlanjut ke serangan-serangan di kota Surabaya, dimana terdapat pelaku bom bunuh diri yang menyerang gereja-gereja. Situasi di Indonesia saat ini begitu genting sehingga menyebabkan kebanyakan kota besar berada dalam keadaan Darurat Siaga Satu.


Kegemparan pun terjadi karena Revisi Undang-Undang Anti Terorisme yang memberikan wewenang tindakan preventif belum kunjung rampung. Namun, apabila kita lihat secara realistis, meski terdapat undang-undang anti terorisme sebenarnya sangat sulit untuk benar-benar mengeliminasi keberadaan grup-grup teror. Berada di tempat dan waktu yang salah pada saat terjadi penyerangan tentunya merupakan hal paling terakhir yang kita inginkan, namun andai kata hal tersebut terjadi, apa yang harus kita lakukan? Berikut adalah beberapa langkah yang seharusnya dilakukan ketika kita menemukan diri kita berada di tengah-tengah penyerangan teroris.


1. Ketika terjadi serangan teroris senjata api…

‘Run, hide and tell’. Slogan ini dipopulerkan oleh kepolisian Britania Raya setelah terjadi London Bridge Attack melalui video berdurasi 4 menit, yang memberitahukan kepada masyarakat apa yang harus mereka lakukan jika terjadi serangan senjata api. Slogan ini terdiri dari 3 langkah yaitu run (berlari atau melarikan diri) apabila bisa. Apabila tidak memungkinkan bagi kita untuk berlari karena akses pintu keluar terblokir, maka langkah berikutnya yang sebaiknya kita lakukan adalah hide (bersembunyi). Dan langkah terakhir adalah tell (memberitahu) polisi atas situasi dan kondisi yang mengancam tersebut agar dapat segera dikirimkan bantuan. Sangat penting untuk menyimpan atau setidaknya mengetahui nomor telepon darurat agar kita dapat meminta bantuan dari berbagai pihak seperti kepolisian, pemadam kebakaran, dan bahkan pertolongan medis. Selain memberitahu polisi, apabila memungkinkan maka kita juga harus memberitahu orang lain akan ancaman yang ada, supaya orang lain juga terjauhkan dari bahaya.


2. Ketika terjadi serangan dalam jarak dekat…

Duck and cover adalah salah satu cara yang diajarkan oleh Amerika Serikat sebagai bentuk Civil Defense atau pembelaan penduduk. Duck and cover atau menunduk dan berlindung pertama kali dikenalkan sebagai bentuk perlindungan terhadap serangan nuklir pada tahun 1950an, namun langkah yang sama dapat kita terapkan pada saat terjadi serangan bom terutama serangan pelaku bom bunuh diri. Seringkali pelaku akan mengatakan suatu doa atau ucapan sebelum meledakkan diri, yang memperingatkan dan menyadarkan kita akan apa yang sedang terjadi. Dalam hal ini terdapat dua pilihan yang dapat kita lakukan, langkah pertama adalah untuk berlari sejauh mungkin, yang mana dapat kita terapkan apabila kita berada pada jarak yang cukup jauh yaitu minimal 20 meter dari pelaku.

Namun, apabila kita berada pada radius yang dekat, maka langkah yang sebaiknya kita lakukan adalah menunduk dan berlindung. Langkah ini mengacu pada filosofi bahwa dampak dari ledakan berupa kaca dan puing-puing yang beterbangan di udara akan terjadi dengan begitu cepat sehingga apabila kita mencoba untuk berlari, maka kita malah akan terkena puing-puing terbang tersebut. Yang seharusnya kita lakukan adalah tiarap ke tanah atau lantai dan melindungi kepala dengan lengan kita. Waktu yang direkomendasikan untuk tetap tertunduk adalah selama kurang lebih satu menit.


3. Ketika terjadi serangan teroris bom…

Di Irak, penyebab utama yang menyebabkan kematian dan cedera pasukan Amerika Serikat (AS) adalah bom rakitan rumahan (homemade bombs) yang tidak sengaja terinjak. Milo Afong, seorang mantan marinir AS yang pernah melawan al-Qaeda di Irak menyatakan bahwa pada sebagian besar waktu, orang-orang tidak akan dapat menghindari ledakan yang pertama tersebut, karena elemen kejutan turut mengambil andil. Namun, apabila kita cukup beruntung dan berhasil tetap hidup melewati serangan pertama, ada beberapa hal yang harus kita ingat untuk tetap bertahan hidup melewati serangan berikutnya. Yang pertama adalah kita harus mengingat bahwa dimana ada satu bom, lebih sering dari tidak, akan ada bom kedua yang disembunyikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak panik. Rasa panik hanya akan menimbulkan chaos yang justru bisa menjadi pemicu detonasi bom kedua. Hal berikutnya yang harus dilakukan adalah ‘5s 25s’.

Frase ini mungkin tidak terlalu dikenal oleh masyarakat umum secara luas, namun perintah '5s 25s’ ini merupakan salah satu perintah paling mendasar yang akan diberikan oleh pimpinan patroli pada medan perang dalam rangka mengamankan konvoi. Angka 5 dan 25 mewakili diameter lingkaran. Sebelum kita berlari dan menyelamatkan diri, periksa dahulu area dengan jarak diameter kurang lebih 5 kaki dari posisi kita. Apabila terlihat aman dan tidak ada tanda-tanda keberadaan bom kedua pada diameter tersebut, luaskan jarak pengecekan ke diameter 25 kaki, sambil melihat akses keluar mana yang terdekat dari lokasi kita. Setelah memastikan bahwa kita tidak akan memasuki area yang ada bom kedua, barulah lari dan keluar.


Semoga langkah-langkah di atas dapat berguna bagi pembaca sekalian, dan marilah kita terus mendoakan keadaan bangsa dan negara kita Indonesia. Stay safe!

Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page