top of page

KRISISNYA KRITIS!


sumber: google.com


Ah sudahlah, jadi mahasiswa itu ngapain sok-sokan kritis! Lebih baik belajar yang bener, dapet nilai IPK bagus, perbanyak koneksi hubungan sana-sini, lulus cepet! -- Perkataan yang sangat lazim keluar saat mengingatkan seorang mahasiswa, yang bahkan diucapkan dari orang tua sendiri. Di luar sana saya rasa ada orang-orang yang pernah mengucapkan hal tersebut bahkan sampai berulang kali. Lantas, apakah sebenarnya menjadi mahasiswa merupakan hal yang salah? Atau mungkin penyebutan kata kritis dalam kehidupan mahasiswa malah menjadi identik dengan label anti-pemerintah? Tanpa perlu dipertanyakan lagi, gerakan mahasiswa tahun 1998 menjadi salah satu bentuk kekritisan mahasiswa di rezim orde baru. Saat itu, mahasiswa sudah merasa muak dengan jabatan yang diduduki oleh Soeharto selama tak kurang dari 30 tahun! Selain itu, Partai Golkar merupakan partai penguasa superior semasa orde baru. Tanpa bermaksud mendramatisir, saat suara-suara kebenaran dibungkam, terjadinya penculikan para rekan seperjuangan mahasiswa dan aktivis, kantong-kantong jenazah yang siap membungkus para korban penembakan misterius, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela, dan lain sebagainya membuat demokrasi tertidur untuk waktu yang cukup lama. Hingga pada akhirnya, mahasiswa menjadi barier terdepan menghadapi kepala para aparat bersenjata. Demokrasi pun bangkit dari tidur dengan kerasnya raungan reformasi. Tindakan pemerintah pada rezim itulah yang membudaya sampai sekarang bahwa menjadi seorang mahasiswa kritis merupakan hal yang tak etis. Alasan lainnya yaitu dengan tidak adanya standing yang pas untuk kekritisan mahasiswa layaknya zaman dulu untuk dipraktekkan pada zaman sekarang. -- Mahasiswa kritis itu namanya aja mahasiswa, tapi gayanya preman! -- Karena memang sejatinya bahwa tidak ada tolak ukur yang secara global diakui dalam menentukan apakah seseorang sudah dianggap kritis atau tidak. Kritis itu tergantung dari bagaimana sudut pandang kita dalam melihat tingkat kekritisan orang lain. Kritis itu bersifat subyektif! -- Zaman telah berubah, ya ga perlulah kritis-kritis banget jadi orang! -- Kesadaran mahasiswa mengenai pentingnya menjadi makhluk yang seharusnya paling kritis di muka bumi memang semakin lama semakin luntur. Dengan perubahan lingkungan dan perkembangan zaman, hanya tingkat intelektualitas lah yang menjadi hal utama dalam menjadi daya saing di dunia praktis.


Tentang Kami
Anda beropini? Kami menyuarakan!

Suarakan tulisan anda bersama Panah Kirana. Kirimkan tulisan apa saja ke email kami dan akan kami suarakan di dalam kolom!

*Format: nama, judul, tulisan

Kirim Tulisan
Cari dengan tagar
No tags yet.
Social Media PANAH KIRANA
  • line
  • Instagram Social Icon

Ikuti terus perkembangan kami

bottom of page