Delegasi DARE Berhasil Menjuarai Lomba Constitutional Drafting
sumber gambar: kabarfhuph
Pada 29 Agustus 2018, delegasi dari Debate and Research (DARE) UPH berhasil memperoleh penghargaan juara pertama dan naskah terbaik untuk lomba Constitutional Drafting yang diadakan oleh MPR RI. Delegasi ini terdiri dari lima mahasiswa FH UPH dari angkatan 2015 hingga 2017, yakni Natasya Gabriela sebagai ketua delegasi, Jessica Penny, Monica Tjahjono, Qyrana Qynasih N, dan Ridwan Khoerudin.
Sebelum mengikuti perlombaan, delegasi ini sudah melaksanakan drafting selama dua bulan dan persiapan final dalam kurun waktu satu bulan. Salah satu bentuk dari persiapan tersebut adalah public hearing pertama yang pernah dilakukan oleh DARE. Bersama 16 tim lain dari seluruh Indonesia, delegasi ini telah mengumpulkan berkas drafting mereka pada tanggal 30 Juni 2018 dan menjadi salah satu dari enam tim yang lolos ke babak final yang diadakan di Gedung MPR-DPR RI pada 28 Agustus 2018. Para finalis tersebut antara lain dari Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, dan Universitas Gadjah Mada.
Ketika ditanya tentang pengalaman mengikuti lomba ini, salah satu anggota delegasi, Monica Tjahjono mengucapkan, “Terlebih topiknya bukan topik yang lazim, yakni pembentukan RUU MPR tersendiri, tetapi kita belajar banyak terutama terkait lembaga legislatif yang masih bingung statusnya adalah lembaga atau hanya joint session. Kalau terkait acara, jurinya luar biasa, yakni Prof. Maria Farida, Prof. Masrukhi, Refly Harun, Hamdan Zoelva, dan Prof. John Titaley. Semuanya memberikan masukan yang sangat baik untuk kajian-kajian lebih lanjut. Kemudian ada juga acara outbound yang mempererat pertemanan dengan delegasi lain.”
Meskipun topik dari perlombaan ini dapat tergolong menantang, delegasi DARE mendapatkan dukungan dari dosen pembimbing mereka, Satrya Pangandaran, serta dosen yang merupakan pakar di bidang Hukum Tata Negara (HTN), yakni Dwi Putra Nugraha. Mereka juga melakukan wawancara dengan pakar filsafat, Robertus Robet untuk membantu mematangkan kesiapan mereka untuk lomba ini.
“Terlepas dari itu semua, aku juga merasa tim kita ini bener-bener tinggi banget kekeluargaan dan chemistry-nya. Contohnya kalau kita ada yang gabisa, kita tetep dukung satu sama lain,” ucap Natasya.
Meskipun tidak semua anggota DARE langsung terlibat dalam perlombaan, mereka tetap mendukung para delegasi melalui doa bersama yang diadakan sebelum lomba dan adanya researcher yang membantu mereka dalam proses drafting.
“Seru banget dan seluruh rangkaian acaranya ga ngebosenin, bisa ketemu teman-teman baru dari seluruh indonesia. Lomba ini adalah sebuah kesempatan untuk kita terus berkembang karena gimanapun jurinya sudah Doktor dan Profesor semua,” ungkap Natasya. “Selain itu juga kita jadi belajar banyak banget tentang HTN, karena apa yang kita dapatkan di lomba ini sama sekali tidak sama dengan yang kita pelajari di kampus.”