ILMCC dan ISIL Bawakan Workshop Mooting 101
Pada 1 September 2018, International Law Moot Court Community (ILMCC)-UPH, yang bekerja sama dengan Indonesian Society of International Law (ISIL) mengadakan workshop Mooting 101 di Gedung B UPH, Karawaci. Workshop ini memberikan perkenalan kepada hukum internasional serta legal skills yang dapat dipelajari melalui partisipasi dalam lomba-lomba moot court berskala internasional. Mooting 101 ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang tidak hanya dari Fakultas Hukum UPH, melainkan juga dari berbagai SMA dan universitas lainnya.
Secara garis besar, workshop ini mencakup perkenalan mengenai lomba-lomba moot court internasional dan bagaimana moot court dapat membantu dalam karier dunia hukum, materi hukum internasional publik, serta cara melakukan riset, menulis memorial, dan public speaking untuk moot court berskala internasional, terutama lomba Philip C Jessup Moot Court Competition. Materi-materi workshop ini dibawakan oleh Hanna Azkiya, S.H, LL.M dan Hadyu Ikrami, S.H, LL.M, yang sama-sama pernah ikut serta dalam acara ini. Keduanya juga sangat berprestasi, bahkan pernah menjadi juri dalam lomba-lomba moot court internasional. Selama workshop, para peserta didorong untuk berinteraksi dengan kedua narasumber, baik dengan melontarkan pertanyaan, maupun dengan cara lain seperti melakukan latihan public speaking di sesi terakhir.
Ketika ditanya pendapatnya tentang bagaimana workshop ini telah berjalan, salah satu dari narasumber, Hanna Azkiya, S.H, LL.M, mengungkapkan, “I thought the workshop turned out quite well in a sense that a lot of people turned up, so I see that there’s interest for law students to do moot competitions—which I think is a great thing—because the experience that you can gain from the moot competition is tremendous and something that you can apply to all aspects of your life. I do wish that there was slightly more participation, but I think that’s something common that you find from Indonesian students in general; maybe they’re a bit timid to ask questions. I do strongly encourage that the same events be repeated in subsequent years, because I think we’ve never had such workshops where in preparation of the moot competition, you actually have workshops like this where people can participate and ask students who then became judges, so it’s a good opportunity for you to ask questions.”
(Menurut saya, workshop ini berjalan lumayan lancar dan diikuti banyak peserta, sehingga saya dapat melihat bahwa ada minat dari mahasiswa fakultas hukum untuk berpartisipasi di dalam moot court, dan ini merupakan hal baik, karena pengalaman yang dapat diperoleh dari lomba-lomba moot court ini besar sekali dan merupakan sesuatu yang bisa diaplikasikan dalam aspek-aspek kehidupan. Saya sebenarnya berharap bahwa akan ada sedikit lebih banyak partisipasi, tetapi menurut saya murid-murid Indonesia secara general terkadang sedikit malu untuk bertanya. Saya sangat mendukung event-event seperti ini dilakukan kembali di tahun-tahun mendatang, karena kita belum pernah ada sebuah workshop dimana saat dalam persiapan lomba moot court , para peserta dapat menanyakan mantan mahasiswa yang sekarang aktif menjadi juri, jadi ini merupakan kesempatan yang baik untuk bertanya-tanya.)
Dari perspektif peserta, Daniel Nicholas, yakni seorang mahasiswa dari Universitas Indonesia yang sekaligus aktif berpartisipasi dalam lomba-lomba moot court internasional beropini, “Topik yang di-cover sebenarnya basics, terutama speaker pertama. Tapi speaker kedua bagus karena masuk ke detail-detail spesifik dan cukup mencerahkan, kasih tips and tricks. Buat mahasiswa/i awam yang belum pernah mooting, seharusnya workshop tadi membuka wawasan. Tapi mungkin untuk beberapa it goes too technical and mundane at some point, typically di bagian awal-awal.”